Oke, mungkin sudah
tidak jamannya bagi saya untuk update tentang penyanyi idola, bias, boyband dan
semacamnya.
Ya, memang. Haha.
Saya memang sudah
beranjak insyaf dari dunia K-popers, lebih tepatnya sudah berkurang, tidak
sefreak 2-3 tahun yang lalu. Yang sangking ngefans-nya rela desak-desakan
ngantri beli tiket konser, rela begadang, pulang malam, duit ludes, bahkan rela
minjam. Oohhh God!!
Ya, terkadang kalau
ingat bisa bikin geleng kepala sendiri. Kok bisa seperti itu sih?! Tapi
sejujurnya, tidak seburuk itu. Bukankah waktu dan pengalaman merupakan
guru terbaik? Ada banyak pelajaran yang tersemat dari dunia K-popers ini,
sebenarnya.
Jadi seorang Idol/artis
Korea itu tidak gampang. Harus melewati masa trainee sampai bertahun-tahun,
latihan tak kenal waktu, jadwal padat merayap sampai kadang dalam sehari cuma
sempat tidur 3-4 jam dalam sehari. Belajar ini-itu. Selain fokus dengan
karir, mereka juga harus tetap belajar dalam pendidikan formal. Belajar ini
belajar itu. Tak jarang mereka itu multitasking. Bisa ini dan itu.
Nah dari perjuangan
para Idol ini banyak sekali yang bisa dijadikan contoh, bagaimana harus
melangkah dan tak pantang menyerah dalam menggapai sebuah cita-cita.
K-pop kini mendunia,
merambah ke berbagai penjuru. Timur, selatan, utara hingga dunia bagian barat
juga tidak ketinggalan. Hal ini membimbing para K-popers punya teman
Internasional, dari berbagai negara.
Untuk melancarkan komunikasi, mereka terdorong untuk belajar bahasa asing. Bahasa Inggris, Korea, Jepang, Thailand, dll. Bukankah itu bagus?
Mereka terlatih
memilah urusan prioritas-non prioritas. Misalnya dari pada jajan mending nabung
buat nonton konser, dan untuk membeli segala pernak-pernik tentang
idolanya..hahha.
Dari pada clubbing mending ikut ghattering dengan teman-teman sesama k-popers. Jangan salah, K-popers itu tak mengenal kelas. Baik dari anak seorang pedagang bubur, anak konglomerat sampai anak pejabat negara. Dari anak-anak tingkat TK (assstaga) sampai emak-emak tukang gosip.
Mereka menjalin pertemanan, belajar bersosialisasi, belajar membuat event (jadi event organizer), belajar negosiasi dan kerjasama.
Untuk mereka yang
memiliki tingkat imajinasi yang bagus, para idola menjadi inspirasi untuk bahan
tulisan, mereka tuangkan menjadi berlembar-lembar cerita. Terbit menjadi buku,
best saller. Dapat uang-terkenal.
See? Ternyata menjadi K-poppers tak seburuk itu. Masih ada sisi negatifnya.
Maka ketika ada yang
salah dengan mereka, cukup diingatkan, jangan sok menghakimi. Setiap orang
punya hak masing-masing, dengan siapa mereka suka dan ngefans.
Satu lagi, jangan pernah lakukan generalisasi – sebab itu menyakitkan.
Satu lagi, jangan pernah lakukan generalisasi – sebab itu menyakitkan.
Ya!!! Buat kpopers
yang kebetulan membaca postingan ini, jadi Kpopers memang tak seburuk itu. Tapi
jangan lupa untuk realistis. Ngefans secara wajar, jangan membabi-buta.
REALISTIS. BACK TO EARTH. Hahhha
Jangan lupakan kehidupanmu sendiri. Kamu punya kehidupan sendiri. Kamu punya masa depan, mimpi, keluarga – yang nyata. Merekalah prioritasmu yang benar-benar utama.
Tak perlu ngotot
ngebela bias/fandommu. Ribut sana-sini (fanwar). Sibuk ini-itu, ga jelas. Sok
paling tahu, paling mengerti tentang mereka. Padahal? Nothing!!
Kamu ada di sini sedang mereka ada jauh di seberang sana. Jadi, masih ngaku kalau kamu paling tahu tentang mereka? #pukkpuukk
Kamu ada di sini sedang mereka ada jauh di seberang sana. Jadi, masih ngaku kalau kamu paling tahu tentang mereka? #pukkpuukk
Ambil positifnya
saja. Jangan terlalu dalam menenggelamkan diri, pada pesona si dia
(biasmu-red). Sebab pada akhirnya mereka bukan apa-apa, bukan pula
siapa-siapamu.
Point terpentingnya, ini tentang PRIORITAS. Dan satu-satunya orang yang paling mengerti prioritas seseorang tentu dirinya sendiri. Rulernya, kembalikan pada prioritas kehidupan NYATA.
Ngomong-ngomong,
lagu Back To The Earth dari Jason Mraz lumayan enak.
Tidak ada komentar
Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^