Setiap kali kita memasuki fase baru dalam kehidupan, saat itulah prioritas
hidup kita mulai bergeser.
Masa SD fase asik untuk bermain bersama kawan sepermainan. Tak ada beban pikiran yang perlu dikhawatirkan° (iya, sebagian kecil memang ada yang tak dapat menikmati masa ini. Tapi bukan itu fokus utamanya.
Memasuki SMP kita harus mulai serius belajar.
Tiba di SMA, hidup ternyata bukan tentang belajar saja. Kita harus punya tujuan. Setelah ini apa? Akan jadi apa?
Memasuki bangku kuliah kita semakin fokus dengan berbagai kegiatan akademik demi menunjang keberlangsungan hidup selanjutnya. Berbagai pandangan kehidupan mulai berganti arah.
Masuk dunia kerja berbagai prioritas baru pun mulai bermunculan.
Berganti lingkungan berganti pula teman sepergaulan. Entah apa kabar
teman-teman masa kecil.
Bertemu sesekali mungkin obrolan masih asik. Sekedar say hello, masih bisa. Kebanyakan obrolan tak jauh dari cerita nostalgia.
Bertemu sesekali mungkin obrolan masih asik. Sekedar say hello, masih bisa. Kebanyakan obrolan tak jauh dari cerita nostalgia.
Prioritas-prioritas yang bergeser, pandangan hidup yang tak lagi sama ternyata berdampak pada senjangnya sebuah hubungan.
Apa kalian pernah mengalaminya? Bagaimana rasanya?
Saya pernah. Dan rasanya nyebelin dan menyedihkan.
Saya pernah. Dan rasanya nyebelin dan menyedihkan.
Tapi sesulit apapun, kita patut untuk mencoba mempertahankannya. Memang tidak
akan pernah sehangat dulu.
Lain waktu terkadang terbersit pikiran “Dia
kok seperti itu sih, sekarang sombong. Males banget nyapa duluan, dia aja gak
pernah nyapa saya. Disapa juga belum tentu dibalas.”
Kita lupa untuk memposisikan diri kita sebagai orang lain yang kita
bicarakan. Atau jika benar, itu tadi, prioritas hidup seseorang pasti berubah.
Mungkin teman lama kita itu sedang pusing alang kepalang dengan urusannya
sendiri. Dan dia enggan menceritakanmu masalah, tak ingin mengganggumu dengan
masalahnya. Udah, gitu aja.
Setidaknya bahwa kita masih saling mengenal dan saling mengenang itu sudah
cukup menjadi bukti, bahwa kamu masih punya tempat tersendiri di hatinya.
Fase dimana prioritas tersedot hampir seluruhnya adalah ketika seseorang
memasuki jenjang pernikahan. Prioritasnya terlalu rumit untuk dijelaskan.
Bahwa kemudian kita akan semakin jarang bertegur sapa, tak sempat memberi kabar, apa lagi tertawa ria seperti sediakala – saya faham. Dan berlapang dada serta menikmati ritmenya seenjoy mungkin.
Bahwa kemudian kita akan semakin jarang bertegur sapa, tak sempat memberi kabar, apa lagi tertawa ria seperti sediakala – saya faham. Dan berlapang dada serta menikmati ritmenya seenjoy mungkin.
Prioritas hidup seseorang PASTI BERUBAH. Disadari atau tidak. Suka tidak
suka, itulah yang terjadi. Kita tak harus menyalahkan siapa pun. Tidak juga
waktu. Inilah hidup.
Orang-orang yang pernah singgah dalam hidup kita punya porsinya
masing-masing. Jika kemudian mereka pergi atau bahkan hilang, sederhana saja
jadinya. Karena perannya dalam hidup kita memang sampai disana. Mereka ada
untuk memberi kita kenangan. Pahit atau manis itulah pelajaran, hidup.
Tidak ada komentar
Harap tinggalkan komentar yang relevan ya teman-teman^^