Meninggalkan pulau kelor, kami
melanjutkan perjalanan menuju pulau Untung Jawa. Pulau dimana kami beristirahat
sejenak, menikmati hidangan khas pesisir, dan teteup - menyusuri pulau. Sebab pulau
ini terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Uhhuuyy
Santap Siang di Pulau Untung Jawa
Pulau Untung Jawa sendiri
merupakan salah satu pulau yang berpenduduk. Masyarakat menetap, berkegiatan
dan bekerja sebagaimana umumnya. Pembangunan di pulau ini tampak massif,
terlihat dari beberapa fasiltas umum yang disediakan. Seperti gedung serba
guna, pembangunan beberapa dermaga, camping ground, dan sebagainya.
Hari sudah siang, dan sepertinya
hampir semua peserta mulai kelaparan terlihat dari langkah-langkah besar dan gegas
menuju gedung serba guna yang dijadikan tempat makan siang kami. Dan semua itu
terbayar dengan hidangan yang benar-benar menggugah selera. Meski tampilannya
sederhana, namun rasanya boleh diadu. Salah
satu faktornya karena bahan makanannya kebanyakan masih segar.
Selesai santap siang, sholat
dzhur, dan ngaso barang sebentar, kami kemudian menyusuri hutan mangrove yang tak
jauh dari GSG. Mangrovenya terlihat
rapat. Sesekali terdengar suara pletak-pletok, entah suara apa. Ada yang bilang
itu suara akar mangrove. Di ujung hutan mangrove kita bisa menikmati pantai
lepas.
Sebenarnya banyak lokasi yang
bisa dinikmati di pulau ini. Sayangnya karena keterbatan waktu, kami harus
segera melanjutkan perjalanan menuju pulau berikutnya. Awalnya direncanakan
kami akan mengunjungi Pulau Tidung, namun balik lagi, waktu yang terbatas. Dan jika
kami menunda lebih lama besar kemungkinan kami akan kesulitan menerjang
gelombang yang mulai membesar.
Bermalam di Pulau Harapan
Akhirnya kami menuju Pulau
Harapan. Warga sekitar tampak ramah dan welcome terhadap pengunjung. Kami menyempatkan
melihat-lihat sebentar di sekitar dermaga yang tampaknya merupakan pusat
kegiatan warga, kami lalu diarahkan
menuju homestay. Setelahnya berbagai kamar (ini sih sebenarnya ceweknya aja
yang berbagi kamar, cowoknya dengan senang hati ngemper di ruang tengah. Pukkpuukk..terimakaasih
para lelaki. Wkwk)
Malam harinya lagi-lagi kami
dijamu dengan hidangan istimewa. Ditambah hiburan dan membaur dengan masyarakat
sekitar. Sayangnya tak seorangpun dari rombongan kami yang bersedia
memperdengarkan suara indahnya. Mungkin mereka lelah.
Saya termasuk orang yang susah
mengingat jalan. Alhasil ketika tiba-tiba rombongan sudah tidak di tempat, saya
dan Oka kebingungan. Homestay kita arah mana yak?! Dinekatin pulang sendiri,
seingatnya aja, alhasil nyasar. Dan balik lagi ke tempat acara. Sembari nunggu
Mas Rizky yang tampaknya masih ingin berlama-lama, saya dan Oka duduk cantik
ngeliatin Bapak-bapak yang sedang bakar ikan. Ditawari ikan bakar, kami
malu-malu mau, tak seperti kucing yang berseliweran di depan kami yang berani
ngambil sendiri. Hahah.
Menikmati Bening dan Pemandangan
Bawah Laut Pulau Perak dan Pulau Dolphin.
Selesai sarapan kami bergegas
menuju dermaga. Pagi ini jadwal kami nyelam-nyelam cantik. Tak seperti
keberangkatan, kali ini kami naik perahu nelayan. Hal ini untuk memudahkan
proses nyebur-nyeburnya.
Sampai di Pulau Perak, hal
pertama yang saya liat adalah ayunan yang menggantung dimana-mana. Seolah memanggil
untuk diayun.
Sebenarnya saya nggak bisa renang, apakah lagi nyelam. Tapi gimana yaa.. sayang aja kalau kesempatan menikmati kejernihan pantai pulau seribu ini dilewatkan begitu saja. Belum tentu saya bisa balik kesini dalam waktu dekat, toh? Jadilah pas masuk air laut, saya sempat blep..bleppp..blep, lalu balik ke tangga. Untungnya ada Bapak yang baik hati yang mau nuntun saya ke tempat yang agak dangkal. Setidaknya keinginan saya untuk mengintip biota laut, tunai. Terbayar sudah.
Konservasi Mangrove dan
Penangkaran Penyu
Puas menyelam, kami kembali
melanjutkan perjalanan. Kali ini tujuan kami Pulau Pramuka. Seperti halnya
Pulau Untung Jawa dan Pulau Harapan, Pulau Pramuka merupakan salah satu pulau
yang berpenduduk lumayan banyak.
Nah, di pulau Pramuka ini selain
disediakan berbagai fasilitas, di sini kita bisa melihat area konservasi
mangrove dan penyu.
Sebagaimana kita tahu, mangrove
sangat berarti bagi daerah kepulauan. Yaitu untuk memecah ombak dan mencegah
abrasi. Tentunya juga sebagai habitat berbagai makhluk hidup yang semuanya juga
bermanfaat untuk menunjang kehidupan masyarakat sekitar.
Sedangkan penangkaran penyu, pada
dasarnya didorong oleh keprihatinan terhadap jumlah penyu yang semakin
berkurang. Yang bikin miris tuh, terancamnya penyu bukan karena predator
alaminya, melainkan manusia. Karenanya perlu diadakan penangkaran. Di pulau
Pramuka ini sendiri, penangkaran dikhususkan untuk Penyu Sisik, yang mempunyai
ciri, cangkang yang menyerupai sisik yang bertumpuk.
***
Langkah besar bukankah berawal
dari langkah kecil? Nah, semoga langkah yang dilakukan di Pulau Pramuka ini
menyadarkan kita akan pentingnya menjaga alam sekitar. Agar keindahannya tetap bisa
dinikmati hingga anak cucu kita kelak.
Perjalanan saya bersama Id
Corners dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu kali ini berhasil
membuka mata saya lebar-lebar. Bahwa untuk menikmati wisata alam, khususnya
wisata bahari, nggak perlu jauh-jauh. Apalagi jika terkendala waktu. Karena kesini
kita bahkan bisa melakukan one day trip. Dan kalau pengen nginep, tinggal cari
homestay. Atau kalau mau nenda, tinggal minta izin pada pihak yang berwenang.
Sama. Oka pun nggak bisa berenang. Tapi tetap aja mau nyelam. hehe.
BalasHapusGak kapok kan mba snorkeling. Semoga kita bisa trip bersama lagi ya.